Laman

Sabtu, 22 Januari 2011

TELUK KILUAN ( KILUAN BAY ) LAMPUNG


Berpetualang Bersama Lumba – Lumba (Dolphin)
(103’40’ BT till 105’50’ BT and 03’45’ LS till 06’45’)

* Lokasi Teluk : Pekon (Desa) Kiluan Negeri, Kecamatan Kelumbayan,
* Koordinat GPS : S5.749252 E105.192740
* Jarak tempuh : ±80 Km dari Kota Bandar Lampung (±3-4Jam)


Wisata alam Teluk Kiluan di Pekon (Desa) Kiluan Negeri, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung, cocok bagi Wisatawan yang gemar berpetualang. Topografinya yang berbukit dan berlembah menarik untuk dijelajahi. Perjalanan menuju Teluk Kiluan sudah merupakan tantangan tersendiri bagi Wisatawan. Jalan darat di Pesisir Barat Sumatera itu belum terlalu mulus sehingga perlu keterampilan dalam mengemudikan Kendaraan Bermotor untuk melewatinya.

Desa Kiluan adalah sebuah Desa yang unik, karena Penduduknya terdiri dari bermacam suku budaya antara lain : Suku Lampung, Suku Bugis, Suku Jawa, Suku Bali dan Suku Sunda. Masing-masing suku berkelompok dalam satu RW atau RT. Mereka hidup bersama dengan aman dan damai. Pemandangan unik lain juga bisa kita lihat di sepanjang jalan ketika naik Kendaraan ke arah Kiluan. Kurang lebih tiga kilometer sebelum Kiluan ada Perkampungan orang Bali, dimana semua kehidupan yang ada di situ persis adanya seperti di Bali. Dari mulai bangunan, tempat ibadah, cara berladang, bermasyarakat sampai dengan proses kehidupan sehari-hari.

Pantai di Teluk Kiluan yang cocok untuk dijadikan "Getaway Destination". Di Pantai terdapat Gubuk atau Rumah Panggung yang cukup layak dijadikan tempat menginap para Pelancong. Penduduk sekitar bisa diminta untuk menyediakan makanan, tentunya dengan "tidak" gratis.



Di Pulau ini anda dapat melihat kumpulan Lumba-Lumba yang jumlahnya ratusan ekor. Setidaknya ada dua jenis Lumba-Lumba di perairan ini, spesies pertama adalah Lumba-Lumba Hidung Botol (Tursiops Truncatus) dengan badan yang lebih besar dan pemalu. Spesies yang kedua adalah Lumba-Lumba Paruh Panjang (Stenella Longirostris) yang bertubuh lebih kecil dan senang melompat. Anda juga bisa memancing aneka ikan dan kepiting yang tergolong masih banyak. Jadi, saat ke Kiluan lengkapi liburan Anda dengan peralatan pancing berikut umpannya.
Kalaupun Anda tidak suka atau tidak ingin memancing, anda bisa berenang dan snorkeling melihat keindahan biota laut yang sebagian masih belum terjamah tangan-tangan jahil. Jernihnya air laut ditambah hamparan pasir putih yang lembut disertai ratusan umang-umang yang berkeliaran disekeliling pulau ini. Terlebih lagi di Pulau Kiluan dengan luas 5 hektar seolah mengajak kita ingin berguling-guling di sana. Ya, setidaknya menguburkan kaki kita di buliran pasir yang halus. Konon, pasir dan air laut ini mampu menyembuhkan beragam penyakit, seperti, stroke dan pegal linu, karena kandungan mineralnya yang sangat tinggi.

Selain itu Anda juga bisa keliling Pulau dengan Perahu Katir sambil menikmati pemandangan yang indah. Sore hari, Anda bisa melihat primata berbulu hitam dan bersuara nyaring saling bersahutan. Ya, siamang (symphalangus syndactylus) dan Simpai (Presbythis Melalops) serta Kukang (Nycticebus Coucang). kerap sekali terlihat meloncat dari satu pohon ke pohon lain. kicauan burung pun terdengar hampir di setiap pagi dan sore yang mampu menyejukkan pikiran. Jika beruntung, Wisatawan juga bisa menyaksikan Penyu Hijau (Chelonia Mydas) dan Penyu Sisik (Eretmochelys imbricate), yang di waktu-waktu tertentu menepi ke Pantai.

Belum lagi jika Anda ke Kiluan pada saat Bulan Purnama. Wah... keindahan sang purnama bakal menimbulkan rasa takjub kepada Sang Maha Pencipta. Bagaimana tidak, cahaya Bulan jatuh di atas permukaan air Laut hingga membuat terang benderang. Keindahan alam ini bakal menjadi kenangan yang tak mudah dilupakan begitu saja.

Ada beberapa pilihan angkutan untuk mencapai lokasi Wisata tersebut. Bisa dengan travel atau ojek sepeda motor. Jarak yang ditempuh dari Bandara Raden Intan Beranti Lampung, sekitar ±90 kilometer. Karena kondisi jalan seperti itu, perlu waktu 4,5 jam untuk mencapainya. Perjalanan dimulai dari kota Bandar Lampung, melewati Lempasing, Padang Cermin dan Punduh Pidada.
Awal perjalanan memang sedikit membosankan. Namun, begitu memasuki wilayah Kecamatan Padangcermin, Pesawaran, suasana berubah segar dan nyaman. Alam pengunungan yang berbukit menghadirkan hembusan angin sejuk serta pemandangan alam nan indah, Panorama alam pedesaan semakin terasa ketika perjalanan memasuki wilayah Kecamatan Punduh Pidadah. Wilayah itu berbatasan langsung dengan Kecamatan Kelumbayan, Tanggamus.

Jalur jalan yang membelah Bukit di Pesisir Barat Sumatera menyajikan pemandangan sekaligus sensasi berkendara. Ada baiknya berhenti sejenak ketika sampai di titik tertinggi untuk menikmati alam pegunungan yang sangat indah dan elok. Perjalanan kemudian berganti melewati jalur yang menurun. Memang lebih cepat, namun perlu kehati-hatian.

Berbagai tantangan itu terbayar ketika sampai di Pekon Kiluan Negeri. Berada di desa tersebut serasa tengah berada di Pulau Bali. Tampak berjajar Pura-Pura/Sangah Hindu berdampingan damai dengan Masjid. Sebagian besar Warga di Desa itu memang berasal dari Bali. Kepala Kesanya bahkan merupakan keturunan Warga Bali bernama Kadek Sukrasana.

Warga di sana akan dengan sangat senang hati menyambut Wisatawan dan menjelaskan Objek-Objek menarik. Salah satunya, Lumba-Lumba berbagai ukuran, yang jumlahnya mencapai ratusan ekor, bisa dilihat langsung saat berenang di Laut lepas.

Konon, kumpulan Lumba-Lumba di Teluk Kiluan adalah yang terbesar di Asia. Bahkan, di Dunia. Wisatawan yang berminat menyaksikan dari dekat Lumba-Lumba di Habitat aslinya bisa menyewa Perahu Katir. Jika beruntung, Wisatawan juga bisa menyaksikan Penyu Hijau, yang di waktu-waktu naik ke permukaan Laut. Belum puas menikmati alam pemandangan di Teluk Kiluan, pengunjung bisa menginap di sana. Hanya, kondisi penginapan memang belum terlalu bagus.

Di Pulau ini ada penginapan serta rumah warga yang disewakan bagi yang berniat menginap. Bangunannya sangat sederhana dengan dinding papan. Saat yang tepat untuk menyaksikan secara langsung parade Lumba-Lumba di Habitat aslinya adalah pada pagi hari. Biasanya Mamalia Laut yang lucu itu muncul sekitar pukul 07.00 WIB s/d 08.00 WIB.

Perjalanan dengan Perahu Katir ke Laut lepas biasanya dimulai sekitar pukul 06.00. Ketika cuaca terang dan ombak Laut tenang, Wisatawan bisa menyaksikan ratusan Lumba-Lumba berenang secara berkelompok dan berlompatan di laut.Dengan kondisi cuaca seperti itu, tidak jarang Lumba-Lumba tersebut berenang mendekati Perahu. Bahkan, mereka bisa berputar-putar mengelilingi Perahu itu.


Sejarah Pantai Teluk Kiluan

Mengenai sejarah atau asal-usul kiluan. Sebetulnya banyak legenda yang bercerita tentang Kiluan, tapi ada satu legenda yang sampai sekarang masih beredar dan dipercaya oleh Masyarakat sekitar. Legenda berawal saat era mulai runtuhnya Kerajaan Majapahit dan Islam masuk Indonesia. Di kawasan yang awalnya Umbul atau perlambangan masyarakat Pekon Bawang, dikenal seorang pendatang yang sangat tinggi kesaktiannya. Dia bernama Raden Mas Arya yang berasal dari daerah Banten atau Malaka. Raden Anta Wijaya sangat dikenal Pemberani. Namun, banyak kerabatnya yang tidak senang kepada dia dan berusaha untuk membunuhnya.

Karena itu, akhirnya Raden Anta Wijaya meminta kerabatnya yang ingin membunuh dirinya tersebut agar membawanya ke Pulau yang saat ini bernama Pulau Kiluan. Sebab, dia hanya bisa dibunuh di Pulau itu, selanjutnya Raden Anta Wijaya dibunuh di Pulau tersebut. Karena kesaktiannya yang belum terkalahkan, dia bisa tahu kapan ajalnya akan tiba.

Suatu hari Raden Mas Arya ditantang tanding oleh seorang warga setempat. Sang penantang ini adalah seorang Guru Silat dari Kota Agung, Tanggamus. Karena tahu ajalnya akan tiba ditangan Sang Penantangnya, Raden Mas Arya meminta dimakamkan di suatu Pulau yang ditunjuknya. Karena itu pulau tempat dimakamkannya Raden Mas Arya dinamakan dengan Kiluan (Bahasa Lampung Pesisir) yang artinya adalah Meminta. Legenda ini dikuatkan dengan adanya semacam tumpukan batu (mirip Makam) di Puncak ketinggian Pulau Kiluan.
Teluk Kiluan, mungkin masih banyak yang belum mengenal tempat satu ini. Daerah ini terlihat begitu asing, bahkan Masyarakat Lampung sendiri banyak yang belum tahu tentang keberadaan Daerah ini dan sejuta pesona yang disimpannya. Begitulah kita, selalu lebih tergoda untuk menjelajahi Negeri orang lain daripada Negeri sendiri, padahal pesona yang kita miliki tidak kalah dengan Negara lain.

Di Teluk Kiluan kita tidak hanya bisa menikmati pemandangan alam yang begitu menakjubkan, tapi kita juga bisa melihat tarian Lumba-Lumba. Untuk menikmatinya, kita masih harus naik perahu duapuluh menit ke arah tengah Samudera dari Pulau Kiluan. Setidaknya ada dua jenis Lumba-Lumba di perairan ini, spesies pertama adalah Lumba-Lumba Hidung Botol (Tursiops Truncatus) dengan badan yang lebih besar dan pemalu. Spesies yang kedua adalah Lumba-Lumba Paruh Panjang (Stenella Longirostris) yang bertubuh lebih kecil dan senang melompat. Namun Lumba-Lumba tersebut jumlahnya makin lama makin turun karena perburuan yang dilakukan oleh Manusia.

5 komentar:

  1. Aslm, sedikit menambahkan cerita tentang "raden anta wijaya" yg makamnya di pulau kiluan.
    Menurut cerita di way lima, "raden anta wijaya" yg lebih dikenal dgn "kakhya anta wijaya" adalah keturunan marga putih kebandakhan unggak dari ktrn kakhya batawijaya (jika di putihdoh disbt sang liwat agung). Beliau yg merintis perluasan/pembukaan wilayah marga putih di waylima, bahkan sampai ke padang cermin bersama sahabat sekaligus adik iparnya "kuda bakti/betik" yg merupakan pangeran bugis. Karena kesaktiannya yg kebal thdp senjata tajam membuat disegani semua orang. Tetapi ia tdk disukai saudaranya shg memilih meninggalkan putih. Ketika dia mengetahui bhwa azalnya tlh sampai, dia meminta saudaranya utk membunuhnya dgn terlebih dahulu memberi tahu kelemahannya. Dan dia meminta stlh wafat, dia dimakamkan di pulau di seberang pantai kelumbayan. Shg pulau tsbt diberi nama "pulau kiluan". Ktrn beliau ada di waylima, mjd sebatin yaitu di desa pampangan gedung tataan.

    BalasHapus
  2. Terima kasih ya atas ceritanya , keren ... :)

    BalasHapus
  3. Sekedar Tambahan informasi, benar di Way Lima ada nama moyang Kakhya Anta Wijaya yang keturunan Kakya Batawijaya yang berjuluk "MENANG" dan bukan "SANG LIWAT AGUNG"... Menang saudara dari Raja Ngaliang Zaman yang menurunkan Saibatin Pardasuka... Kalau "SANG LIWAT AGUNG" adalah moyangnya saibatin Tanjung Betuah dan dimungkinkan juga moyangnya Saibatin Marga Rajabasa Kalianda (PANGERAN PENYIMBANG AGUNG).. Semua ini berasal dari keturunna marga Putih.. Salam kemuakhian...

    BalasHapus
  4. Info yang menarik. Kapan mau kesana ? Kalau ada yang punya info harga tiket kesana bagi-bagi ya.

    mampir ke daerah saya juga ya, Jawa timur

    BalasHapus
  5. Tabik jama puakhi, apikah lg puakhi ji lagi ketukhunan Kakhya Antawijaya,....

    Kbenokhan sikam ketukhunan ni sai wat di Pampangan Way Lima

    BalasHapus